A. Pengertian Tajwid
Tajwid menurut lughot (etimologi) adalah mendatangkan
atau membaca dengan baik. Sedangkan menurut istilah (terminologi) adalah Ilmu yang dengannya kita dapat mengetahui
bagaimana cara mengucapkan huruf-huruf Al-qur’an, baik tebal tipisnya, panjang
pendeknya (mad-qosnya), sifat-sifatnya, serta cara membacanya dengan baik.
B.
Faedah (Kegunaan) Ilmu
Tajwid
Faedah mempelajari Ilmu Tajwid adalah supaya lidah
kita terjaga dari kesalahan didalam membaca Kitabullah (Al-qur’an).
C.
Hukum Mempelajari Tajwid
Hukum mempelajari Ilmu Tajwid adalah Fardlu
Kifayah, sedang mengamalkannya adalah Fardlu ‘Ain bagi tiap-tiap kaum muslimin
dan muslimat yang sudah mukallaf.
Didalam kitab Jazariyah Ta’lif Abil Khoir
Syamsuddin Muhammad Ibn Muhammad Al-Jazari sebagai berikut :
ﻮﺍﻻﺨﺬ ﺒﺎﻠﺘﺠﻮﻴﺪ ﺤﺘﻢ ﻻﺰﻢ ۞ ﻤﻦ ﻠﻡ ﻴﺠﻮﺪ ﺍﻠﻘﺮﺍﻦ ﺃﺜﻢ
Artinya
: Menggunakan atau mengamalkan ilmu tajwid adalah merupakan kewajiban yang
pasti (fardlu ‘ain), barang siapa yang tidak memperbaiki bacaan Al-qur’an maka
ia berdosa.
D. Qiro’ah (Bacaan)
Bacaan Al-qur’an yang kita ikuti dan berlaku di
Negara kita (Indonesia) adalah bacaan dengan mengikuti qiro’ah riwayat Hafsh
bin Sulaiman bin Mughiroh al Bazzar Al Kufy (wafat tahun 180 H) dari Imam
‘Ashim bin abin Najwad (wafat tahun 128 H) yang bacaannya disebut Qiro’ah
Masyhuroh.
Adapun nama-nama Imam dalam Qiro’ah Mutawatiroh
(sab’ah) adalah sebagai berikut :
- Abdullah
bin ‘Amir meninggal di Syam pada tahun 118 H. Perawi-perawinya yang
termasyhur ialah Al Bazzi Abdul Hasan Hamid bin Muhammad dan Qunbul Abu
Umar Muhammad.
- Abu
Ma’bad Abdullah bin Katsir meninggal di Mekkah tahun 120 H.
Perawi-perawinya yang termasyhur ialah Abu Bakar Syu’ban bin Ilyas dan Abu
‘Amr Hafas bin Sulaiman.
- Abu
Bakar ‘Ashim bin Abi An Nujud meninggal di Kufah tahun 127 H.
Perawi-perawinya yang termasyhur ialah Abu Bakar Syu’ban bin Ilyas dan Abu
‘Amr Hafas bin Sulaiman.
- Abu ‘Amr
bin Al’ala meninggal di Basrah tahun 154 H. Perawi-perawinya yang
termasyhur ialah Ad-Durawi, Abu Amr Hafas dan As-Susi Abu Syu’aib Shaleh
bin Ziyad.
- Nafi’
bin Na’im meninggal di Madinah tahun 109 H. Perawi-perawinya yang termasyhur
ialah Qulum Abu Musa ‘Isa bin Mina dari Warasy Abu Sa’id Utsman bin Sa’id.
- Abdul
Hasan ‘Ali bin Hamzah Al Kisai, meninggal di Basyrah tahun 189 H.
Perawi-perawinya yang termasyhur ialah Abdul Harits Al-Laits bin Khalid
dan Ad-Durawi tersebut diatas.
- Abu
‘Imarah Hamzah bin Habib meninggal tahun 216 H. Perawi-perawinya yang
termasyhur ialah Abu Muhammad Khalaf bin Sisyam dan Abu ‘Isa Khalid bin
Khalid.
E.
Methode Membaca
Tata cara membaca Al-qur’an yang disahkan oleh
Nabi Muhammad SAW dan berlaku dikalangan Ulama Qorro’ dan Ahlu ‘Ada yaitu ada
empat cara yang berlaku, yaitu :
1. Tahqiq (ﺘﺤﻘﻴﻖ) yaitu membaca Al-qur’an
dengan menempatkan hak-hak huruf yang semestinya (makhrajul huruf, sifat-sifat
huruf, mad-qosr, dll).
Methode ini baik sekali untuk kalangan
mubtadi’in (bagi yang baru belajar membaca Al-qur’an).
2. Tartil (ﺘﺮﺘﻴﻞ) yaitu membaca Al-qur’an
dengan pelan-pelan (tidak tergesa-gesa) sebagaimana bacaan Muhammad
Al-Qushoiri. Bacaan tartil ini belum tentu Tahqiq tetapi tahqiq sudah pasti
tartil.
3. Tadwir (ﺘﺪﻮﻴﺮ) yaitu membaca Al-qur’an
dengan sedang (antara cepat dan pelan).
4. Hadr (ﺤﺪﺮ) yaitu membaca Al-qur’an
dengan cepat, semua methode bacaan tersebut diatas wajib menggunakan tajwid
dengan menyesuaikan bacaannya (tahqiq, tartil, tadwir, atau hadrnya), bagi kita
yang paling adalah Tarqiq.
BAB II
HUKUM MEMBACA ISTI’ADZAH,
BASMALAH
DAN SURAT
A.
Hukum Membaca Isti’adzah
Seseorang qorri’ (pembaca Al-qur’an) bila ia
hendak membaca Al-qur’an, baik pada awal surat maupun di tengah-tengahnya, maka
ia sunnah membaca ta’awwudz’ (doa minta perlindungan kepada Allah dari godaan
Syaitan).
Adapun dasar pengambilannya adalah Firman Allah
pada surat An-Nahl ayat 98 juz 14.
ﻔﺈﺬﺍ ﻘﺮﺃﺖ ﺍﻠﻘﺮﺍﻦ ﻔﺎﺴﺘﻌﺬ ﺒﺎﷲ ﻤﻦﺍﻠﺸﻴﻄﺎﻦ ﺍﻠﺠﻴﻢ
Artinya
: Apabila kamu membaca Al-qur’an, hendaklah kamu minta perlindungan kepada
Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.
Adapun lafadz isti’adzah yang asli dari Rasulullah
SAW adalah :
ﺃﻋﻮﺬ ﺒﺎﷲ ﻤﻦﺍﻠﺸﻴﻄﺎﻦ ﺍﻠﺠﻴﻢ
Dan dikalangan ulama qurro’ timbul beberapa lafadz
isti’adzah antara lain sebagai berikut :
ﺃﻋﻮﺬ ﺒﺎﷲ ﻤﻦﺍﻠﺸﻴﻄﺎﻦ ﺍﻠﺠﻴﻢ
ﺃﻋﻮﺬ ﺒﺎﷲ ﺍﻠﻌﻈﻴﻢ ﻤﻦﺍﻠﺸﻴﻄﺎﻦ ﺍﻠﺮﺠﻴﻢ
ﺃﻋﻮﺬ ﺒﺎﷲ ﺍﻠﺴﻤﻴﻊ ﺍﻠﻌﻠﻴﻢ ﻤﻦﺍﻠﺸﻴﻄﺎﻦ ﺍﻠﺮﺠﻴﻢ
B.
Tata Cara Membaca
Isti’adzah, Basmalah dan Surat
Adapun tata cara dalam membaca Isti’adzah Basmalah
dan Surat memiliki 4 (empat) wajah/cara yang diperbolehkan munurut Hafs’an
Ashim yaitu :
1.
Memutus semua, contoh :
ﺍﻋﻮﺬﺒﺎﷲﻤﻦﺍﻠﺸﻴﻄﺎﻦﺍﻠﺮﺠﻴﻢ۞ﺒﺴﻡﺍﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ۞ﺍﻠﺤﻤﺪﷲ
2.
Menyambung basmalah dengan surat saja, contoh :
ﺍﻋﻮﺬﺒﺎﷲﻤﻦﺍﻠﺸﻴﻄﺎﻦﺍﻠﺮﺠﻴﻢ۞ﺒﺴﻡﺍﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢﺍﻠﺤﻤﺪﷲ
3.
Menyambung Isti’adzah dengan Basmalah, contoh :
ﺍﻋﻮﺬﺒﺎﷲﻤﻦﺍﻠﺸﻴﻄﺎﻦﺍﻠﺮﺠﻴﻢﺒﺴﻡﺍﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ۞ﺍﻠﺤﻤﺪﷲ
4.
Menyambung semua, contoh :
ﺍﻋﻮﺬﺒﺎﷲﻤﻦﺍﻠﺸﻴﻄﺎﻦﺍﻠﺮﺠﻴﻢﺒﺴﻡﺍﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢﺍﻠﺤﻤﺪﷲ
C.
Membaca Basmalah diantara
Dua Surat
Menurut qiro’ah Hafesh ‘an ‘Ashim ada 4 cara 3
diantaranya jawaz (boleh) sedang 1 cara lagi ghoiru jaiz (tidak boleh), 3 cara
yang jawaz adalah :
1.
Memutus semua, contoh :
ﻮﻻﺍﻠﻀﺎﻠﻴﻦ ۞ ﺒﺴﻢﺍﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﻴﻢ ۞ ﺍﻠﻢ ﺬﻠﻚ
2.
Menyambung Basmalah dan awal surat, contoh :
ﻮﻻﺍﻠﻀﺎﻠﻴﻦ ۞ ﺒﺴﻢﺍﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﻴﻢ ﺍﻠﻢ ﺬﻠﻚ
3.
Menyambung semuanya, contoh :
ﻮﻻﺍﻠﻀﺎﻠﻴﻦ ﺒﺴﻢﺍﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﻴﻢ ﺍﻠﻢ ﺬﻠﻚ
Satu cara lagi yang tidak diperbolehkan adalah
menyambung ayat akhir surat dengan basmalah dan diwaqofkan, kemudian memulai
surat selanjutnya seperti contoh dibawah ini :
ﻮﻻﺍﻠﻀﺎﻠﻴﻦ ﺒﺴﻢﺍﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﻴﻢ ۞ ﺍﻠﻢ ﺬﻠﻚ
Cara seperti ini tidak diperbolehkan karena takut
disangka bahwa basmalah itu terletak pada akhir surat kecuali dalam Surat
At-Taubah.
D.
Basmalah pada Awal Surat
At-Taubah
Membaca basmalah pada awal surat Taubah sepakat
para ulama untuk meninggalkan walaupun tidak ada nash yang menjelaskannya,
alasannya sama yaitu mengikuti Rasulullah SAW dimana beliau apabila membaca
awal surat Taubah tidak membaca basmalah.
Ulama Fuqoha terutama Syafi’iyah berpendapat sebagai berikut :
- Imam Ibn
Hajar
Membaca basmalah pada awal surat Taubah hukumnya
adalah haram, sedang membaca ditengah-tengah surat Taubah hukumnya makruh.
Pendapat ini lebih tanzih dan banyak diikuti oleh ulama-ulama qurro’ dan ahlul
ada’.
- Imam
Romli
Membaca basmalah pada awal surat At-Taubah
hukumnya makruh, sedangkan membaca ditengah-tengah surat At-Taubah hukumnya
mubah alasannya adalah Imam Ibn Hajar melihat dari asbabunnuzulnya (pada saat
turunnya), awal surat ini Allah sangat murka terhadap kaum musyrikin, sedangkan
basmalah isinya adalah do’a kasih sayang, karena itu tidak layak Allah yang
sedang murka lalu dimintai memberi kasih sayang. Imam Ramli hanya memberi hukum
makruh, karena tidak ada nash shorih yang menjelaskannya secara jelas.
BAB III
HUKUM NUN MATI DAN TANWIN
‘INDAL HIJAK
Hukum Nun mati dan Tanwin ( ﻦ) apabila bertemu dengan
salah satu huruf hijaiyah sebanyak 28 yaitu :
ﺍ ﺏ ﺖ ﺚ ﺝ ﺡ ﺥ ﺪ ﺬ ﺮ ﺯ ﺱ ﺶ ﺺ ﺾ ﻁ ﻅ ﻉ ﻍ ﻑ ﻖ ﻚ ﻞ ﻡ ﻦ ﻮﻫ ﻱ
Mempunyai 4 hukum yaitu : Idhar, Idghom, Iqlab dan Ikhfa. Yang perlu
diperhatikan berkenaan dengan huruf dan hukum-hukum diatas adalah :
1. Semua huruf itu bisa
menerima baris atau kedudukan/harokat, kecuali Alif (ﺍ
) ia tidak menerima baris dan tidak berdiri sendiri, bahkan selama-selamanya
selalu sukun/mati dan berada dibelakang satu huruf, seperti :
2. Alif (ﺍ ) itu kalau menerima baris seperti : ﺍﻢ ,ﺍﻮ ,dan
lainnya, disebut Hamzah dan hukumnya sama dengan Hamzah (ﺀ).
3. Yang disebut Tanwin
yaitu :
ﻨﻮﻦ ﺴﺎ ﻜﻨﺔ ﺘﻠﺤﻖ ﺃﺨﺮﺍﻻﺴﻡ ﻠﻔﻈﺎ ﻻﺨﻂﺎ
Nun mati (ﻦ) yang ada pada akhir kalimat isim didalam suaranya atau
ucapannya tidak terdapat pada tulisannya.
- Idhar
Yang dinamkan idhar menurut bahasa (etimonogi)
adalah jelas atau tampak, sedang menurut istilah (terminologi) adalah
mengeluarkan huruf idhar dan makhrojnya dengan jelas tanpa dengan dengung (bila
ghunnah). Adapun huruf-huruf idhar itu ada 6 yaitu terdapat pada awal kalimat
dibawah ini :
ﺍﺨﻲ ﻫﺎﻚ ﻋﻠﻤﺎ ﺤﺎﺰﻩ ﻏﻴﺮ ﺨﺎﺴﺮ﴿ ﺀ ﻫ
ﻉ ﺡ ﻍ ﺥ ﴾
Huruf-huruf idhar 6 (enam) tersebut juga disebut
huruf Halaq, yang artinya huruf sebangsa tenggorokan/kerongkongan.
Pedoman bacaan idhar yaitu : apabila ada Nun mati
atau tanwin ( ﻦ) yang bertemu dengan salah
satu huruf halaq atau idhar maka hukum bacaannya dibaca jelas baik dalam satu
kalimat atau dua kalimat maka disebut bacaan Idhar Halqiy Contoh :
ﻜﻠﻤﺔ
|
ﻜﻠﻤﺘﺎﻦ
|
|
ﻴﻨﺄﻮﻦ
|
ﺮﺴﻮﻞﺍﻤﻴﻦ
|
ﻤﻦﺃﻤﻦ
|
ﻴﻨﻬﻮﻦ
|
ﺠﺮﻒﻫﺎﺮ
|
ﺇﻦﻫﻮ
|
ﻴﻨﻌﻖ
|
ﺴﻤﻴﻊﻋﻠﻴﻡ
|
ﻤﻦﻋﻠﻢ
|
ﻴﻨﺤﺘﻮﻦ
|
ﻋﻠﻴﻡﺤﻜﻴﻡ
|
ﻤﻦﺤﺴﻨﺔ
|
ﻔﺴﻴﻨﻐﻀﻮﻦ
|
ﻋﺰﻴﺰﻏﻔﻮﺮ
|
ﻤﻦﻏﻞ
|
ﻮﺍﻟﻤﻨﺨﻨﻘﺔ
|
ﻘﻮﻢﺤﺼﻮﻢ
|
ﻤﻦﺨﻴﺮ
|
- Idghom
Yang dinamakan idghom menurut bahasa adalah
memasukkan sesuatu pada sesuatu, sedangkan menurut istilah adalah bertemunya
huruf yang mati ( )
dan huruf yang hidup sekira jadi satu sehingga seperti huruf yang bertasydid.
Idghom dibagi dua yaitu Idghom bighunnah dan
Idghom bilaghunnah :
1. Idghom bighunnah atau idghom
naqis
Yang dinamakan idghom bighunnah yaitu bertemunya
huruf yang mati ( )
dengan huruf yang hidup sekira jadi satu sehingga seperti huruf yang
bertasydid. Sedang ghunnahnya itu berarti memasukkan huruf yang mati pada huruf
yang hidup tersebut disertai dengan dengung (ghunnah) yang tempat keluarnya
pada janur hidung (khoisyum). Huruf idghom ada 4 yaitu :
Pedomannya adalah apabila ada nun mati atau
tanwin ( ) yang bertemu dengan salah satu huruf
idghom diatas maka disebut idghom bighunnah atau idghom naqis dengan syarat
apabila mudghom dan mudghom fih terdiri dari dua kalimat, apabila mudghom dan
mudghom fih terdiri dari satu kalimat maka wajib di idharkan seperti contoh
berikut :
ﺍﻠﺪﻨﻴﺎ - ﺼﻨﻮﺍﻦ - ﻘﻨﻮﺍﻦ - ﺒﻨﻴﺎﻦ
Alasannya :
ﺨﻮﻔﺎ ﻤﻦ ﺍﻻﻠﺘﺒﺎﺲ ﺒﺎﻠﻤﻀﺎ ﻋﻑ
Takut serupa dengan mudho’af yaitu huruf yang
ganda seperti (ﻤﺪ) asalnya adalah (ﻤﺪﺪ) contoh :
ﺃﻦﻴﻘﻮﻠﻮﺍ - ﺤﻁﺔﻨﻐﻔﺮﻠﻜﻢ - ﻫﺪﻯﻤﻦﺮﺒﻬﻢ - ﻤﻦﻮﺮﺍﺌﻬﻢ
2. Idghom bilaghunnah atau
idghom kamil
Yang dinamakan idghom bila ghunnah adalah
bertemunya huruf mati ( )
dengan huruf hidup yang sekira jadi satu sehingga seperti huruf yang
bertasydid. Bilaghunnah yaitu memasukkan huruf tersebut dengan tidak disertai
dengungan. Hurufnya ada 2 yaitu ﻞ ﺮ pedoman membacanya adalah apabila ada nun
mati atau tanwin ( ) yang bertemu
dengan ﻞ ﺮ disebut
bacaan idghom bila ghunnah atau idghom kamil. Contoh :
ﻴﺒﻴﻦﻠﻨﺎ - ﻤﺮﺒﻬﻢ
Cara membacanya huruf yang mati dimasukkan pada
yang hidup (dengan sempurna) dan tanpa disertai dengung.
- Iqlab
Yang dinamakan iqlab menurut bahasa adalah
memindahkan sesuatu dari keadaannya, sedangkan menurut istilah adalah
menjadikan huruf pada tempatnya huruf yang lain sertai dengan dengungan
(ghunnah).
Yang dimaksud memindahkan makhrajnya Nun (pada
ujung lidah) dipindah pada makhrojnya mim (ﻢ) yang berada diantara dua bibir kemudian disertai dengung.
Hurufnya ada satu yaitu (ﺐ). pedoman membacanya adalah apabila ada
nun mati atau tanwin ( )
yang bertemu dengan bak (ﺐ) maka dibaca iqlab.
Contoh :
ﻤﻦﺒﻌﺪ - ﺴﻤﻴﻊﺒﺼﻴﺮ
Yaitu suaru nun sukun/tanwin diganti dengan mim
dan disertai dengung.
- Ikhfak
Yang dinamakan ikhfak menurut bahasa adalah tutup
atau assathru. Sedangkan menurut istilah adalah mengucapkan huruf yang mati dan
sunyi dari tasydid disertai dengan ghunnah (dengung) pada huruf yang pertama ( ). Adapun
sifatnya adalah diantara idhar dan idghom.
Huruf ikhfak ada 15 yaitu terdapat pada bait
berikut ini :
ﺼﻒﺬﺍﺜﻨﺎﻜﻢﺠﺎﺪﺸﺨﺺﻘﺪﺴﻤﺎ۞ﺪﻢﻄﻴﺒﺎﺰﺪﻔﻰﺘﻘﻰﻀﻊﻈﺎﻠﻤﺎ
Pedoman membacanya adalah apabila ada nun mati
atau tanwin ( ) yang
bertemu dengan salah satu huruf 15 tersebut maka dibaca ikhfak. Sifatnya ikhfak
ada 3 yaitu :
1. Aqrob (ﺃﻘﺮﺐ) hurufnya ada 3 yaitu (ﺖ ﻄ ﺪ)
2. Ausah (ﺃﻮﺴﻄ) hurufnya ada 1 yaitu (ﻒ)
3. Ab’ad (ﺃﺒﻌﺪ) hurufnya ada 2 yaitu (ﻖ ﻚ)
Sifat-sifat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
:
Ikhfak itu sifatnya adalah antara idhar dengan
idghom sedang yang menjadi pijakan adalah idhar karena itu yang dimaksud dengan
:
·
Ikhfak aqrob adalah yang lebih dekat dengan idhar
sebab itu membacanya agak seperti idhar tetapi tetap disertai dengung (sehingga
menjadi samar).
·
Ikhfak ausath adalah pertengahan antara aqrob
dengan ab’ad (dalam hal memberikan kesamarannya).
·
Ikhfak Ab’ad adalah yang lebih jauh dari idhar
oleh sebab itu yang sangat nampak adalah dengungnya sehingga suara nun sukun
menjadi hilang total. Contoh :
ﻜﺘﺮﺍڠﻦ
|
ﺴﺒﺎﺐ
|
ﺒﺠﺎﺌﻦ
|
ﻠﻔﻇ
|
ﻧﻤﺮﺓ
|
|
ﺍﻗﺮﺐ
|
ﺖ
|
ﻨﻮﻦﻤﺎﺘﻰﺘﻨﻮﻴﻦﺒﺮﺘﻤﻮ
|
ﺍﺨﻔﺎﺀ
|
ﻤﻨﺘﻬﻮﻦ
|
١
|
″
|
ﻄ
|
″
|
ﻴﻨﻄﻘﻮﻦ
|
٢
|
|
″
|
ﺪ
|
″
|
ﻤﻦﺪﻮﻦﺍﷲ
|
٣
|
|
ﺍﻮﺴﻄ
|
ﻒ
|
″
|
ﺃﻨﻓﺴﻬﻢ
|
٤
|
|
ﺍﺒﻌﺪ
|
ﻖ
|
″
|
ﻤﻦﻘﺒﻠﻚ
|
٥
|
|
ﺍﻗﺮﺐ/ﺍﻮﺴﻄ
|
ﻚ
|
″
|
ﻤﻦﻜﺎﻦﻤﻨﻜﻢ
|
٦
|
|
ﺺ
|
″
|
ﻤﻨﺼﻮﺮﺍ
|
٧
|
||
ﺬ
|
″
|
ﻤﻨﺬﺮ
|
٨
|
||
ﺙ
|
″
|
ﻤﻦﺜﻤﺮﺓ
|
٩
|
||
ﺝ
|
″
|
ﺍﻦﺠﺎﺀﻜﻡ
|
١٠
|
||
ﺶ
|
″
|
ﻮﻴﻨﺸﺊ
|
١١
|
||
ﺲ
|
″
|
ﻤﻨﺴﺎﺀﺘﺔ
|
١٢
|
||
ﺰ
|
″
|
ﺍﻨﺰﻠﻨﺎ
|
١٣
|
||
ﺾ
|
″
|
ﻤﻨﻀﻮﺪ
|
١٤
|
||
ﻆ
|
″
|
ﻴﻨﻈﺮﻮﻦ
|
١٥
|
Yang 9 terakhir boleh aqrob atau ausath.
BAB IV
HUKUM MIM MATI, NUN-MIM
SYIDDAH, LAM TA’RIF , IDGHOM DAN LAM ISIM, HURUF DAN QOLQOLAH
Apabila ada mim mati ( )
yang bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah 28 mempunyai 3 bacaan yaitu :
Idgom mimy/idghom mitflain, ikhfa’ syafawy dan idhar syafawy dengan penjelasan
sebagai berikut :
A.
Idghom Mimi/Idghom Mitslain
Yang dinamakan Idgom Mimy adalah bertemunya huruf
yang mati dengan huruf-huruf hidup sekira menjadi satu, seperti huruf yang
bertasydid, sedangkan yang disebut Mimi adalah karena bertemunya huruf yang
mati dengan huruf yang hidup itu adalah huruf Mim (ﻢ). Dan adapun disebut Mitslain karena bertemunya huruf yang mati
dengan yang hidup adalah sama dalam sifat dan makhrajnya. Hurufnya hanya satu
yaitu Mim (ﻢ). Pedoman membacanya
adalah apabila ada mim mati (ﻢ) bertemu dengan Mim (ﻢ) maka membacanya disebut
idghom mitslain.
Contoh :
ﻟﻬﻢ ﻤﺜﻼ - ﻮﻟﻜﻢ ﻤﺎ ﻔﻰﺍﻻﺮﺾ
B.
Ikhfak Syafawi
Yang dinamakan ikhfak syafawi adalah membaca atau
mengucapkan huruf yang mati dan sunyi dari tasydid disertai dengan ghunnah
(dengung) pada huruf yang pertama ( ﻢ). Syafawi adalah huruf yang
akan dibaca ikhfak itu sebangsa bibir, yaitu hurufnya hanya satu (ﺐ) pedoman membacanya ialah
apabila ada mim mati (ﻢ) bertemu dengan bak
(ﺐ) makanya wajib dibaca ikhfak
syafawi.
Contoh :
ﺘﺮﻤﻴﻬﻢ ﺒﺤﺠﺎﺮﺓ
- ﻮﻫﻢ ﺒﺎﻻﺨﺮﺓ
C.
Idhar Syafawi
Yang dinamakan idhar syafawi adalah mengeluarkan
huruf dari makhrojnya dengan jelas (bila ghunnah). Syafawi adalah huruf yang
mati yang harus dibaca idhar itu sebangsa bibir.
Hurufnya ialah semua huruf hijaiyah selain mim dan
bak (ﻢ,ﺐ) akan tetapi untuk wawu dan
fak (ﻮ,ﻒ) itu harus lebih di idharkan
dari pada yang lain karena huruf tersebut juga sebangsa bibir.
Pedoman membacanya adalah apabila ada mim mati (ﻢ) bertemu dengan salah satu
huruf hijaiyah selain mim dan bak (ﻢ,ﺐ) maka hukumnya wajib dibaca
idhar syafawi contoh :
ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻮﻻﺍﻠﻈﺎﻠﻴﻦ
- ﻮﻫﻢ ﻔﻴﻬﺎ
D.
Hukum Mim dan Nun (ﻢ,ﻦ) Yang Bertasydid
Apabila ada nun dan mim yang bertasydid (ﻢ,ﻦ) maka hukumnya wajib
ditampakkan ghunnahnya, dan disebut bacaan ghunnah. Adapun lamanya dengungan
kira-kira satu alif atau dua harokat. Contoh :
ﺜﻢ - ﻋﻢ
- ﻤﻦ ﺍﻠﺠﻨﺔ ﻮﺍﻠﻨﺎﺲ
Adapun tempatnya ghunnah adalah pada janur hidung,
ghunnah itu akan lebih tampak terang ketika lubang hidung di sumbat asal tidak
terlalu rapat (ketika mengucapkan huruf ghunnah).
E.
Hukum Al Lil Mu’arrifah
Al Lil Mu’arrifah yang jatuh sebelum huruf
hijaiyah itu mempunyai dua hukum.
1. Al (ﺍﻞ )
qomariyah, disebut
qomariyah ini hanya untuk memudahkan saja, yakni membacanya huruf-huruf
qomariyah ini sama dengan membaca lafadz Al-qomariyah (ﺍﻠﻘﻤﺮﻴﺔ) Al-nya diberi tanda sukun dan dibaca dengan jelas.
Hurufnya ada 14 yang terkumpul dalam bait :
ﺍﺒﻎ ﺤﺠﻚ ﻮﺨﻒ ﻋﻘﻴﻤﺔ
Pedoman membacanya adalah apabila ada
Al-mu’arrifah, sesudah ada salah satu huruf 14 tadi maka Al tersebut diatas
harus dibaca dengan sukun dan hukumnya wajib dibaca Idhar Qomariyah. Contoh :
ﺍﻻﻨﻌﺎﻢ - ﺍﻠﺒﺭ
- ﺍﻠﻐﻤﺎﻢ -
ﺍﻠﺤﻤﻴﻢ
ﺍﻠﺠﻨﺔ - ﺍﻠﻜﻮﺜﺭ
- ﺍﻠﻮﺍﻠﺪﺍﻦ -
ﺍﻠﺨﻴﺭ - ﺍﻠﻔﺘﻨﺔ
ﺍﻠﻌﺎﺭﻔﻴﻦ - ﺍﻠﻘﻤﺭ
- ﺍﻠﻴﻮﻢ -
ﺍﻠﻤﺎﻞ - ﺍﻠﻬﺪﻯ
2. Al-Syamsiyah, disebut demikian juga untuk memudahkan
saja yakni memudahkan membacanya. Membaca Al-Syamsiyah ini sama dengan membaca
lafadz Al-Syamsiyah ( ﺍﻠﺸﻤﺴﻴﺔ) yakni membaca Al-nya hilang
dan huruf syamsiyahnya dibaca tasydid, jadinya As-Syamsiyah (ﺍﻠﺸﻤﺴﻴﺔ).
Adapun huruf-hurufnya adal 14 yang terdapat
dalam bait :
ﻄﺐﺜﻢﺼﻞﺮﺤﻤﺎﺘﻔﺰﺿﻒﺬﺍﻨﻌﻢﺪ - ﻉﺴﻮﺀﻈﻦﺰﺮﺸﺮﻴﻐﺎﻠﻠﻜﺮﺍﻢ
Pedoman membacanya adalah apabila ada Al Lil
Mu’arrifah setelah ada salah satu huruf 14 tadi maka huruf-huruf tersebut harus
dibaca dengan tasydid dan disebut bacaan As-Syamsiyah atau Idgom Syamsiyah.
Contoh :
ﺍﻠﻄﻴﺒﺎﺖ - ﺍﻠﺜﺎﻘﺐ - ﺍﻠﺼﺎﺪﻘﻴﻦ - ﺍﻠﺮﺤﻤﻦ - ﺍﻠﺘﻮﺍﺐ
ﺍﻠﻆﺎﻠﻴﻦ - ﺍﻠﺬﻜﺮ - ﺍﻠﻨﺎﺲ - ﺍﻠﺪﺍﻋﻰ - ﺍﻠﺴﻤﻴﻊ - ﺍﻠﻆﺎﻠﻤﻴﻦ
ﺍﻠﺰﺒﻮﺮ - ﺍﻠﺸﺎﻔﻊ - ﺍﻠﻠﻴﻞ
F.
Al -Idghom
Peganganya idghom itu harus huruf yang kuat, tidak
bisa di idghomkan dengan huruf yang lemah (dhoif) seperti :
Dhod (ﺾ) bertemu dengan Tak (ﺖ) seperti : ﻋﺮﻀﺘﻢﺍﻔﻀﺘﻢ
Dzo (ﻈ) bertemu dengan Tak (ﺖ) seperti : ﺍﻮﻋﻈﺖ
Dhod (ﺾ) bertemu dengan Tho’ (ﻄ) seperti : ﻔﻤﻦﺍﻄﺮﺓ - ﺛﻢﺍﻀﻄﺮ
Dan semua huruf halaq (ﺀﻫﻉﻍﺡﺥ) juga tidak ada idghom kecuali bila bertemu dengan
huruf misal (huruf yang sama) baik makhroj maupun sifatnya. Adapun sebab tidak
bolehnya di idghomkan adalah karena jauh mahrojnya dan sulit dibaca contoh :
ﻔﺎﺼﻔﺢﻋﻨﻬﻡ - ﻻﺘﺰﻍﻘﻠﻭﺒﻨﺎ - ﻴﺘﺒﻊﺨﻄﻭﺍﺖ - ﻔﺴﺒﺤﻪ - ﻭﺍﺴﻤﻊﻏﻴﺮ
Contoh-contoh tersebut diatas itu wajib dibaca
Idhar karena sudah ijma’ dari semua ahlul qurro dan tidak diperbolehkan idghom.
Idghom dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Idghom Mutamatsilain
Idghom mutamatsilain adalah apabila ada dua huruf
yang sama makhrojnya dan sifatnya seperti bak (ﺏ) bertemu dengan bak ( ﺏ) dan yang awal mati, maka hukumnya
wajib idghom (bittifaqil qurro’) baik
dalam satu kalimat maupun dua kalimat seperti :
ﻴﻭﺠﻬﻪ - ﻴﻌﺘﺐﺑﻌﻀﻜﻡ
Kecuali kalau berupa huruf mad : wawu (ﻭ) mati setelah dhommah yak (ﻯ) mati setelah kasroh seperti
:
ﻘﺎﻠﻭﺍﻭﻫﻢ - ﻔﻰﻴﻮﻡ
Ini wajib idhar (bittifaqil qurro’) karena untuk
menjaga mad ashli atau mad thobi’i jangan sampai hilang. Dari itu kalau bukan
huruf mad yakni hanya merupakan huruf lain saja (wawu mati dan yak mati setelah
harokat tathah) maka tetap harus diidghomkan seperti :
ﻋﺻﻭﺍﻮﻜﺎﻨﻭﺍ - ﺍﻭﻭﺍﻭﻨﺼﺮﻭﺍ - ﺜﻢﺍﺘﻘﻭﺍﻭﺍﻤﻨﻭﺍ
Idghom mutamatsilain ini dibagi dua yaitu :
a.
Shoghir, contoh : ﺍﻀﺮﺐ ﺒﻌﺼﺎﻚ
b. Kabir, contoh : ﻔﻴﻪﻫﺪﻯ - ﺍﻠﺮﺤﻴﻡﻤﺎﻠﻚ
Kabir ini menurut Imam Hafs ‘An Ashim tidak ada,
sedang yang mempunyai pendapat ini adalah Imam Susi An Abi Amrin.
2. Idghom Mutajanisain
Dinamakan Idghom Mutajanisain yaitu ketika ada dua
huruf yang sama dalam makhrajnya tetapi berbeda dalam sifatnya huruf yang
pertama mati seperti Dal (ﺪ)
bertemu dengan Tak (ﺖ) contoh :
ﻘﺪﺘﺒﻴﻦ - ﻴﻠﻬﺚﺬﻠﻚ - ﺍﺜﻘﻠﺖﺪﻋﻮﺍﺍﷲ
ﻫﻣﺖﻄﺎﺌﻔﺔ - ﺍﺬﻈﻠﻤﻮﺍ
Kemudian seperti lagi : ﺍﺮﻜﺐﻤﻌﻨﺎ menurut Ashim dibaca bighunnah. Adapaun kalau ada
lafadz : ﻠﺌﻦﺒﺴﻂﺖ ini sebagaimana diterangkan diatas (tidak
di idghomkan kamil tetapi idghom naqis).
3. Idghom Mutaqaaribain
Idghom Muaqaaribain yaitu ketika ada dua huruf
yang berdekatan makhraj dan sifatnya, sedang yang pertama mati seperti Qof (ﻖ) dalam lafadz :
ﺍﻠﻡﻨﺨﻠﻘﻜﻢ - ﻘﻞﺮﺐ
G.
Hukum Lam Isim Yang Ashli
Apabila ada Lam dalam kalimat isim maka secara
mutlak harus di idharkan contoh :
ﺴﻠﻄﺎﻦ - ﺴﻠﺴﺒﻴﻼ
- ﺍﻠﻮﺍﻨﻜﻢ
Adapun hukum lam yang lain adalah :
1. Hukum Lam Fi’il
Apabila adal Lam dalam kalimat Fi’il baik Madhi
maupun Amr kecuali Lam Fi’il Amr yang bertemu dengan Lam (ﻝ) dan Ra (ﺮ) ini wajib di Idghomkan
contoh :
ﻘﻞﻠﻜﻢ - ﻘﻞﺮﺐ
Adapun yang lain wajib di idharkan contoh :
ﺍﻠﺘﻘﻁ - ﻴﻠﺘﻘﻁ - ﺍﻠﺘﻘﻁ - ﺍﻠﺘﻘﻰ - ﻴﻠﺘﻘﻰ - ﺍﻠﺘﻘﻰ
ﺠﻌﻠﻨﺎ - ﻀﻠﻠﻨﺎ - ﻮﺍﻠﺘﻘﻰ - ﻘﻞﻨﻌﻡ
2. Hukum Lam Huruf
Apabila ada Lam terdapat pada kalimat huruf maka
wajib dibaca Idhar juga seperti :
ﻫﻞﺘﺴﻄﻴﻊ - ﺒﻞﻄﺒﻊﺍﷲ
Ini juga terkecuali bila bertemu dengan Lam dan Ro
(ﻞ,ﺭ) maka kalau terjadi demikian
harus di idghomkan contoh :
ﺒﻞﻟﻜﻡﺒﻞ - ﺭﻔﻌﻪﺍﷲ
(Bacaan Bal
Roona ini untuk selain hafas menurutnya bacaan Bal Roona ini di baca Sakt). Alasan Imam Hafas membaca Sakt adalah
agar tidak serupa dengan Barrona (ﺒﺭﺍﻦ) yang berarti dua orang yang baik sedangkan apabila
dibaca Bal Roona berarti bahkan berkata.
H.
Qolqolah
Qolqolah menurut bahasa berarti mengguncang atau
menggoyang. Sedangkan menurut istilah adalah menggoyangkan bunyi huruf qolqolah
ketika mati atau ketika waqof.
Huruf qolqolah itu ada 5 yaitu : ﻖ - ﻄ
- ﺐ - ﺝ - ﺪ
Qolqolah itu terbagi menjadi 2 bagian :
1. Qolqolah Kubro yaitu apabila huruf-huruf qolqolah
tersebut berharokat sukun sebagai ganti (iwad) karena di waqofkan.
Contoh :
ﺨﻼﻖ ۞ ﺼﺭﺍﻄ ۞ ﻋﺬﺍﺐ ۞ ﺒﻬﻴﺞ ۞ ﺸﺪﻴﺪ ۞
2. Qolqolah Shugro yaitu apabila huruf-huruf qolqolah itu
berharokat sukun yang asli (bukan karena diwaqofkan) contoh:
ﻴﻘﻄﻌﻮﻦ - ﻴﻄﻤﻌﻮﻦ
- ﻴﺠﻌﻠﻮﻦ -
ﻴﺪﻋﻮﻦ
BAB V
HUKUM BEBERAPA MAD DAN
PANJANGNYA
A.
Pengertian
Pengertian Mad menurut bahasa adalah memanjangkan
atau sesuatu yang memanjang, waqila az-ziyadah sesuatu yang tambah.
Sedangkan menurut istilah adalah
memanjangkan suaru huruf dari huruf-huruf mad.
Adapun huruf-huruf mad itu adalah :
1.
Alif (alif mutlak) jatuh
setelah harokat fathah :ﻤﺎﻻ - ﻏﻮﻯ
2.
Wawu mati jatuh setelah
harokat dhomah : ﻘﻮﻟﻮ -
ﺍﻘﻮﻤﻮﺍ
3. Yak mati setelah harokat kasroh : ﻘﻴﻞ - ﺤﻤﻴﺪﻴﻦ
Sedangkan huruf len ada 2 yaitu wawu dan yak
keduanya sukun dan jatuh setelah harokat fathah, contoh :
ﺍﻟﻴﻮﻢ - ﺍﻟﻨﻮﻡ
- ﺍﻟﺨﻴﺮ -
ﺍﻟﻀﻴﺮ
Mad dapat dibagi dua yaitu mad asli/mad thobi’i dan
mad far’i.
B.
Mad Ashli atau Mad Thobi’i
Disebut mad asli karena pangjangnya Mad ini sesuai
dengan aslinya, sedangkan disebut mad thobi’i (sebagai watak) karena orang yang
mempunyai watak yang baik tidak akan menambah dan mengurangi kepastian mad ini.
Yakni wawu (ﻮ) jatuh setelah
harokat kasrah dan alif ( ﺍ) yang jatuh setelah harokat
fathah contoh : ﻨﻮﺤﻴﻬﺎ
Panjang kira-kira satu alif atau dua harokat, mad
thobi’i ini di bagi menjadi 3 yaitu Dhohiri,
Muqaddar dan Harfy. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Mad Thobi’i Dhohiri
Mad thobi’i berarti jelas adalah terdapat pada
kalimat yang huruf madnya tertulis dengan jelas, sehingga dapat menunjukkan
dengan jelas bahwa kalimat tersebut harus dibaca panjang, seperti : ﻨﻮﺤﻴﻬﺎ
Adapun mengenai Alif yang ada pada lafadz Ana (ﺍﻨﺎ) mutakallin wahdah (saya) yang
harus dibaca pendek ada bahasan dan alasannya sendiri.
2. Mad Thobi’i Muqaddar
Mad thobi’i muqaddar berarti di kira-kirakan yang
harus dibaca panjang, tetapi huruf madnya tidak nampak. Adapun alasannya adalah
berhubung dengan arti dan penulisannya dalam al-Qur’an Ustmaniyah seperti mim dan lam
seluruh ulama membaca panjang satu alif.
3. Mad Thobi’i Harfi
Mad thobi’i harfi berarti sebangsa huruf, adalah
bacaan panjang satu alif yang ada pada huruf (tidak pada kalimat) yakni
terdapat pada beberapa pembukaan surat (fawatihussuwar) yang belum huruf itu
sendiri (asmaul huruf). Huruf-hurufnya terkumpul dengan lafadz yakni terdiri
dari :
ﺤﻲ - ﻄﻬﺮ - ﺠﺎﺀ - ﻴﺎﺀ - ﻄﺎﺀ - ﻫﺎﺀ - ﺮﺍﺀ
Seperti lafadz :
ﺤﻡ - ﻴﺲ
- ﻄﻪ - ﺍﻠﺮ
C.
Mad Far’i
Disebut Mad Far’i karena mad ini adalah cabang
dari mad asli. Mad far’i ini terjadi dari 14 bagian yaitu :
1. Mad Wajib Muttashil
Disebut wajib karena ulama quroo’ setelah sepakat
(ijma’) memanjangkan mad ini lebih dari aslinya. Sedang disebut muttashil
karena bertemunya huruf mad dengan hamzah dalam satu kalimat. Panjangnya
kira-kira (qadr) 2,5 alif atau sama dengan lima harokat, demikian kata Imam
Hafs An Ashim, sedangkan menurut Imam lain dapat lebih panjang lagi, seperti
Imam Warosy, Imam Hamzah, dsb.
Pedoman membacanya adalah sebagai berikut :
Apabila ada huruf mad setelah Hamzah yang kumpul dalam satu kalimat maka
hukumnya wajib dibaca mad wajib muttasil. Contoh :
ﻠﻘﺪﺠﺎﺀﻜﻡ - ﻫﻨﻴﺌﺎﻤﺮﻴﺌﺎ
- ﺴﻮﺀﺍﻠﻌﺬﺍﺐ
2. Mad Jais Munfasil
Disebut jaiz karena ikhtilaf (berbeda pendapat)
antara ulama qurro’, ada yang membaca panjang dan ada yang membaca pendek atau
kata qiil, karena itu hukumnya jaiz yakni boleh dibaca dua wajah menurut
riwayat Imam Nafi’ Al-Madany dan riwayat dan Al-Bashori.
Sedang disebut muntashil karena bertemunya mad
dengan huruf hamzah terpisah atau pada kalimat lain.
Panjang kira-kira (qodr) 2,5 alif atau sama dengan
5 harokat. Menurut Hafs an Ashim pedoman membacanya adalah apabila ada huruf
mad. Sedang seelahnya ada hamzah dalam kalimat lain maka hukumnya disebut mad
jaiz munfasil.
Contoh :
ﻴﺎﺍﻴﻬﺎﺍﻠﺬﻴﻦﺍﻤﻨﻮﺍﻘﻮﺍﺍﻨﻔﺴﻜﻢ - ﻔﺎﻨﻈﺮﻨﻲﺍﻠﻰﻴﻮﻢﻴﺒﻌﺜﻮﻦ
Perbedaan pendapat para ahlul qurro’ dalam mad
jais munfashil ini ada tiga tingkatan :
a. Wajib membaca qasr
seperti mad asli (satu alif) inilah pendapat Imam Al-Bazzi Qonbul, As-Susi an
Abi Amrin.
b. Wajib panjang seperti
mad wajib muntasil seperti Imam Warasy, Hamzah, Ibnu ‘Amr, Al-Kisai dan Imam
Ashim termasuk Imam Hafs. Adapun panjangnya menurut sendiri-sendiri.
c. Mempunyai dua wajah,
seperti Imam Qolun, Dzuri istilahnya menggunakan kata Qasr dan Mad satu atau
2,5 alif.
3.
Mad Arid Lissukun
Mad Arid Lissukun yaitu apabila akhir kalimat
terdapat huruf yang bersukun karena waqaf (pendatang baru) yang didahului oleh
salah satu huruf mad (wawu jatuh setelah dhommah, ya jatuh setelah kasroh dan
alif jatuh setelah fathah. Akan tetapi apabila di washolkan (disambungkan
dengan kalimat berikutnya) maka kembali pada aslinya, yaitu mad thobi’i.
Panjangnya ada tiga wajah
a. Satu alif = Dua harokat
b. Dua alif = Empat harokat
c. Tiga alif = Enam Harokat
tetapi yang lebih umum di negara kita Indonesia
ini adalah dua atau tiga alif = empat atau enam harokat.
Perbedaan panjang bacaan tersebut diatas yakni ada
yang mengatakan satu alif, dua alif dan tiga alif dengan alasan sebagai berikut
:
a)
Yang membaca satu alif
karena bertemunya sukun karena waqof, sedang waqof itu tidak bisa menetapkan
tambahan mad (untuk lebih dari mad asli).
b)
Yang membaca dua alif karena
melihat sukun itu tidak asli, maka tetap dibaca dibawahnya mad lazim (dibaca
tasawwuth).
c) Yang membaca tiga alif karena mereka berpendapat
harus disamakan dengan mad lazim dan ini lebih umum di negara kita Indonesia.
Pedoman membacanya adalah apabila ada huruf mad
setelahnya terdapat huruf yang mati karena diwaqofkan, maka disebut bacaan mad
aridlissukun. Contoh :
ﺍﻠﺼﺮﺍﻄﺍﻠﻤﺴﺘﻘﻴﻢ
- ﺸﺪﻴﺪﺍﻠﻌﻘﺎﺐ -
ﻮﻫﻢﻤﺆﻤﻨﻮﻦ
4. Mad Lien Aridli
Mad ini disebut lien karena huruf sebelum akhir
yang diwaqofkan adalah berupa huruf lien yakni wawu dan yak yang keduanya mati
(sukun) jatuh setelah harokat fathah. Sedang disebut aridli karena adanya suatu
yang baru datang yaitu sukun pada huruf yang terakhir karena waqof. Karena itu
bila di washolkan maka hukum bacaannya kembali pada aslinya yaitu bacaan lien,
artinya lunak (tidak ada unsur panjang).
Ukuran panjang sama dengan bacaan mad aridli lissukun
yakni 1/2/3 alif = 2/3 -6 harokat.
Pedoman bacaannya yaitu apabila ada kalimat yang
diwaqofkan dan sebelumnya didahului atau berupa huruf lien maka disebut bacaan
mad lien aridli contoh :
ﻤﻦﺍﻠﻨﻮﻡ - ﻤﻦﺨﻮﻑ
- ﺬﻠﻚﺨﻴﺮ -
ﻮﺍﻠﺼﻴﻒ
5.
Mad Badal
Mad badal yaitu mad yang menjadikan pengganti
yaitu apabila ada hamzah sukun terletak setelah hamzah yang berharokat fathah,
kasroh dan dhommah dalam satu kalimat, contoh :
ﺍﺃﻤﻦ - ﺍﺜﻤﺎﻨﺎ
- ﺍﺆﺘﻰ
Maka hamzah sukunnya harus diganti dengan mad yang
sesuai dengan qaidah :
Apabila ada hamzah dua kumpul dalam satu kalimat
sedang yang kedua mati maka huruf mad harus diganti dengan huruf yang
mujannasah (sejenis) huruf sebelumnya (bila harokat sebelumnya fathah, maka
harus disuarakan (a) panjang (ﺍ),
bila sebelumnya berharokat kasroh maka harus disuarakan (i) panjang (ﺍﻱ), bila sebelumnya berharokat
dhommah maka harus disuarakan (u) panjang (ﺍﻮ) contoh diatas tasi sehingga menjadi :
Panjangnya adalah satu alif atau dua harokat,
semua qurro’ sama kecuali Imam Warosy yang mempunyai tiga wajah. Pedomannya
adalah apabila ada huruf yang dibaca panjang sedang aslinya 2 huruf seperti :
ﺃﻤﻦ asalnya ﺍﺃﻤﻦ
6.
Mad Iwadh
Mad iwad disebut demikian karena mad iwad ini
merupakan hasil tukar dari tanwin maha nashob (tanwin fathah) pada akhir
kalimat isim yang diwaqofkan cara membacanya panjang satu alif atau dua
harokat.
Pedoman membacanya adalah apabila ada tanwin mahal
nashob yang diwaqofkan maka tanwin tersebut harus ditukar atau diganti mad.
Menurut penulisan Usmaniyah biasa diakhirnya diberi alif, kecuali pada huruf
hamzah sebab hamzah itu sendiri sebenarnya sudah menyimpan alif yang demikian
disebut mad iwad, contoh :
ﻋﻠﻴﻤﺎﺤﻜﻴﻤﺎ - ﻤﻦﺍﻠﺴﻤﺎﺀﻤﺎﺀ
- ﺮﺠﺎﻻﻜﺜﻴﺮﺍﻮﻨﺴﺎﺀ
7. Mad Lazim Kilmy Mutsaqqol
Mad ini disebut lazim karena tetapnya
sukun/tasydid dan juga berarti karena tetapnya ulama qurro’ (ittifaq) dalam
memanjangkan mad ini lebih dari mad asli, disebut mutsaqqol karena beranya
bacaan huruf mad ketika bertemu dengan huruf lain yang tasydid, dibanding
dengan mukhoffaf.
Adapun disebutnya kilmi karena bertemunya huruf
mad dengan huruf yang bertasydid tadi dalam satu kalimat maka tidak dibaca
panjang, seperti :
ﻮﺍﻠﻤﻘﻴﻤﻰﺍﻠﺼﻠﻮﺓ - ﻘﺎﻠﻮﺍﺍﺪﻉﻠﻨﺎ
- ﻮﻘﺎﻠﻮﺍﺍﺘﺨﺬﺍﷲ
Panjangnya kira-kira (qadar) tiga alif atau enam
harokat. Pedoman membacanya adalah apabila ada huruf yang mad yang bertemu
dengan huruf yang bertasydid dalam satu kalimat maka hukumnya disebut bacaan
mad lazim kilmi mutsaqool.
ﻮﻻﺍﻠﻀﺎﻠﻴﻥ - ﺍﻠﺼﺎﺨﺔ
8. Mad Lazim Kilmi Muhkoffaf’
Mad kilmi mhkhoffaf disebut lazim karena tetapnya
sukun atau tasydid, disebut mukhoffaf karena bertemunya huruf mad dengan sukun
itu bacaannya lebih ringan dari pada yang mutsaqqol sedangkan disebut kilmi
adalah karena bertemunya huruf mad dengan sukun terdapat dalam satu kalimatnya.
Panjangnya tiga alif atau enam harokat dengan
pedoman membacanya adalah apabila ada huruf yang bertemu dengan sukun dalam
satu kalimat maka disebut Mad Lazim Kilmi Muhkoffaf. Contohnya adalam Al-qurán
terdapat dalam dua tempat yaitu pada surat Yunus juz 11 yang bunyinya adalah :
ﻮﻻﻥﻮﻘﺪﻋﺼﻴﺖ - ﺍﻻﻥﻮﻘﺪﻜﻨﺘﻡ
9. Mad Lazim Harfi Muhaffaf dan Mustaqqol
Mad lazim harfi adalah mad yang ada pembukaan beberapa
surat (fawatihissuwar), untuk itu agar lebih ringkas dan cepat faham sebaiknya
kita pelajari terlebih dahulu huruf-huruf fawatihissuwar.
a. Disebut mad thobi’i
harfi
b. Disebut mad lazim
harfi kecuali alif sebab alit tidak menemui mad makanya tidak dibac panjang
(alif kalau ditulis arab alif (ﺍﻠﻒ) terdiri dari hamzah, lam kasroh dan fak sukun, ditengah-tengah
antara lam dan fak tidak tedapat huruf mad.
Huruf-huruf
awal surat :
1) Huruf awal surat yang
dibaca mad thobi’i qodr satu alif terkumpul dalam (ﺤﻲﻄﺎﻫﺮ) kecuali alif (ﺍ), haa (ﺡ), seperti haa mim (ﺤﻡ), yak (ﻱ), seperti Yaa siin (ﻴﺲ), tho dan hak (ﻄﻪ), ro (ﺍﻠﺮ).
2) Selain huruf (ﺤﻲﻄﺎﻫﺮ) semua wajib dibaca mad
lazim harfi, panjangnya qodr tiga alif (bil ijma’) hurufnya terkumpul dalam
lafadz : ﻨﻔﺺﻋﺴﻠﻛﻡ
Mad ini disebut harfi karena mad ini terdapatnya
pada huruf (tidak pada kalimatnya), sedang disebut lazim karena tetap harus
dipanjangkan sesuai dengan kaidah atau batasannya yakni kalau huruf hijaiyah
itu berkumpul tiga huruf yang tengah berupa mad kemudian bertemu dengan sukun
asli (pada huruf ketiga) maka harus dibaca panjang, inilah yang disebut mad
lazim harfi baik mutsaqqol maupun muhkofaf, adapun contoh adalah sebagai
berikut :
a. Mukhoffaf : ﺍﻠﺮ, ﻄﺲ, ﻜﻬﻴﻌﺺ, ﻦ
b. Mutsaqqol : ﻄﺴﻡ, ﺍﻠﻤﺺ
Huruf mad bertemu dengan tasydid hingga menjadi
berat bacaannya sebab beratnya bacaan inilah disebut mad lazim kilmi mutsaqqol.
10. Mad Shilah Qosirah dan Thowilah
Arti mad shilah adalah hubungan, mad ini terjadi
apabila ada ha (ﻪ) dhomir yang mufrod
mudzakar dalam Al-qur’an terdapat 4 macam yang akan dijelaskan dibawah ini :
Adapun mad shilah shilah ini dibagi 2 yaitu
Qoshiroh dan Thowilah.
Hak dhomir dalam Al-qur’an itu ada 4 macam yaitu :
a. Kalau muka dan
belakang hak dhomir itu berupa huruf hidup maka dibaca Mad shilah Qoshiroh sama
dengan mad Thobi’i panjangnya qodr satu alif atau dua harokat seperti lafadz :
ﺇﻨﻪﻜﺎﻦ - ﻴﻌﺮﻔﻮﻨﻪﻜﻤﺎ - ﻤﻦﺪﻮﻨﻪﻤﻠﺘﺤﺪﺍ
Kecuali terdapat pada surat Az-zumar ayat 7 juz 23
yang berbunyi sebagai berikut : ﻴﺮﺿﻪﻠﻜﻢ haknya tetap dibaca pendek satu harokat.
b. Kalau setelah hak
dhomir berupa hamzah qotho’ maka disebut bacaan Mad Shilah Thowilah panjangnya
qadr 2,5 atau 5 harokat seperti : ﻤﻦﺪﻮﻨﻪﺍﻠﻬﺎ - ﻴﺸﻔﻊﻋﻨﺪﻩﺍﻻ.
Ini semua kalau dibaca washol (sambung) tetapi jika dibaca waqof (berhenti)
maka harus dibaca sukun seperti :
ﻴﻌﺮﻔﻮﻨﻪ - ﻤﻦﻋﻠﻤﻪ
Dan kalau selain hak dhomir maka tetap dibaca
pendek, seperti :
ﻔﻮﺍﻜﻪﻮﻫﻡ - ﻤﺎﻨﻔﻘﻪﻜﺜﻴﺮﺍ
c. Muka dan belakang hak
dhomir berupa huruf mati seperti lafadz :
ﺃﻦﺍﺘﺎﻩﺍﷲ - ﻮﻴﺄﺘﻴﻪﺍﻠﻤﻮﺖ
Juga harus tetap dibaca pendek satu harokat.
d. Muka hak dhomir
berupa huruf hidup, sedang belakangnya huruf mati seperti :
ﻠﻪﺍﻠﺤﻤﺪ - ﺍﺴﻤﻪﺍﻠﻤﺴﻴﺢ
Ini juga dibaca satu harokat.
e. Muka hak dhomir
barupa huruf mati sedang dibelakangnya berupa huruf hidup, seperti :
ﻔﻴﻪﻫﺪﻯ - ﺨﺬﻮﻩﻔﺎﻋﺘﻠﻮﻩﺇﻠﻰ
Juga dibaca satu harokat kecuali yang terdapat
dalam surat Al-fur’qan ayat 69 juz 19 yang berbunyi :
ﻔﻴﻪﻤﻬﺎﻨﺎ
Menurut riwayat Hafs an Ashim dibaca panjang
sebagaimana mad shila qoshiroh atau mad thobi’i yakni panjangnya satu alif atau
dua harokat.
11. Mad Farqi
Mad farqi termasuk mas alzim kilmi dan disebut mad
farqi sebab mad ini memisah antara istifham dan kalam khobar, umpama tidak
diberi mad maka tidak dimengerti bahwa kalam ini adalah kalam istifham, didalam
Al-qur’an terdapat pada 6 tempat yaitu : ﻘﻞﺍﺍﻠﺬﻜﺭﻴﻦ
Ini terdapat pada dua tempat yaitu pada surat
Al-an’am yaitu pada lafadz ﺍﺍﷲﺨﻴﺭ
dan pada surat An-naml yaitu pada lafadz ﻘﻞﺍﺍﷲﺃﺬﻦﻠﻜﻢ dan terdapat pula pada surat Yunus ﺍﺍﻻﻦ, kalimat ini disamping dibaca mad farqi
juga boleh dibaca tashil. Panjangnya qodr tiga alif atau 6 harokat (bil ijma’),
pedoman membacanya yaitu apabila ada hamzah istifham bertemu dengan al (ﺍﻞ) maka disebut bacaan mad
farqi.
12. Mad Tamkin
Mad tamkin berarti menetapkan terjadinya adalah apabila yak tasydid
berharokat kasroh yang terletak dimuka yak sukun maka disebut bacaan mad tamkin
panjangnya satu alif seperti : ﻮﺍﺬﺍﺤﻴﻴﺘﻢ - ﺍﻠﻨﺒﻴﻴﻦ
D.
Lam pada Lafadz Jalalah
Semua lam selain lam pada Al-jalalah (ﺍﷲ) yang jatuh setelah harokat apa saja hukumnya dibaca tarqiq
(tipis) kecuali menurut riwayat Warosy
an Nafi’ Al-madani, menuurtnya ada peraturan tersendiri contoh :
ﻮﻻﺘﻈﻠﻤﻮﻦ - ﺍﻠﻄﻼﻖ - ﻮﺴﻴﺼﻠﻮﻦ - ﺍﻠﺼﻼﺓ
Adapun lamnya lafadz jalalah jika jatuh sesudah
harokat fathah dan dhommah maka hukumnya wajib dibaca tafkhim (tebal) contoh :
ﺇﻦﺍﷲ - ﺍﺬﻘﺎﻞﺍﷲ - ﺮﺴﻮﻞﺍﷲ -ﻋﺒﺪﺍﷲ
Alasannya untuk mengagungkan asma Allah akan
tetapi jika jatuh sesudah harokat kasroh, maka hukumnya wajib dibaca tarqiq
(tipis) contoh :
ﻘﻞﺍﻠﻠﻬﻡ
Alasannya karena dirasakan berat dan sulit diucapkan.
BAB VI
HUKUM MEMBACA RO’
Hukumnya membaca ro’ itu ada dua macam yaitu dibaca tafkim (tebal) dan
dibaca tarqiq (tipis) dengan ketentuan sebagai berikut :
A. Tafkhimirro (Ro’ yang dibaca tebal)
1.
Jika ada Ro’ yang berharokat fathah dan dhommah
contoh :
ﺮﺒﻨﺎ - ﺮﺰﻘﻨﺎ
2. Jika ada Ro’ yang
berharokat sukun asli atau karena diwaqofkan yang jatuh sesudah harokat fathah
atau dhommah baik muttashil (sambung) atau munfashil (terpisah) dengan huruf
mati yak sukun contoh :
ﻴﺮﺠﻌﻮﻦ - ﻴﺮﺴﻞ
- ﻴﺎﻤﺮﻴﻡ - ﻤﻦﻤﺮﻘﺪﻨﺎﻫﺬﺍ
ﻜﻞﺍﻤﺮ - ﺠﻤﺎﻠﺔﺼﻔﺮ - ﻏﻔﻮﺮ
3. Jika ada Ro’ yang
jatuh sesudah harokat kasroh kemudian bertemu dengan salah satu huruf isti’la’
(meninggi atau berat karena bunyi huruf itu agak berat). Adapun huruf-hurufnya
ada tujuh yang terkumpul dalan lafadz :
ﺨﺺ ﻀﻐﻄ ﻘﻇ
Dengan syarat kumpul dalam satu kalimat seperti :
ﻤﻦﻜﻞﻔﺮﻘﺔ - ﻠﺒﺎﻠﻤﺮﺼﺎﺪ - ﻤﺮﺼﺎﺪﺍ - ﺍﺮﺼﺎﺪﺍ - ﻘﺮﻂﺎﺲ
Akan tetapi jika huruf isti’la itu terdapat pada
kalimat lain maka hukumnya wajib dibaca tarqiq seperti :
ﻔﺎﺼﺒﺮﺼﺒﺮﺍ - ﻮﺍﻨﺬﺮﻘﻮﻤﻚ
4. Jika ada Ro’ sukun
yang jatuh sesudah hamzah washol mutlak baik berharokat asli atau aridli
(gantian) baik fathah atau dhommah seperti :
ﺍﻤﻨﻮﺍﺍﻜﻌﻮﺍ - ﻴﺎﺒﻨﻲﺍﺮﻜﺐﻤﻌﻨﺎ - ﻮﺍﺮﺤﻤﻨﺎ
ﺍﺮﺠﻌﻲ - ﺍﻠﺬﻯﺍﺮﺘﻀﻲ
Semua contoh tersebut wajib dibaca tebal.
B. Tarqiqirro’ (Ro’ yang dibaca tipis)
1. Jika ada Ro’ yang
berharokat kasroh baik pada awal kalimat, tengah atau akhir kalimat baik dalam
kalimat fi’il maupun isim seperti :
ﻮﺍﻠﻐﺎﺮﻤﻴﻦ - ﻮﺍﻠﻔﺠﺮﻮﻠﻴﺎﻞ - ﻮﺍﺮﻨﺎ - ﻮﺰﻘﺎﻠﻜﻢ
2. Jika ada Ro’ mati
atau sukun yang jatuh sesudah harokat kasroh yang asli dan muttashil (sambung)
dan setelah Ro’ bukan salah satu huruf isti’la’ seperti :
ﺍﻻﻮﻠﻰﺍﻻﺮﻴﺔ - ﻠﺴﺮﺬﻤﺔ - ﻮﺍﺼﻄﺒﺮ - ﻮﻔﺮﻋﻮﻦﺬﻯﺍﻻﻮﺘﺎﺪ
3. Jika ada Ro’ sukun
atau mati yang jatuh sesudah yak mati, baik yak itu jatuh setelah harokat,
kasroh atau yak lien seperti :
ﺇﻠﻰﺍﻄﻴﺮ - ﺨﻴﺮ - ﺬﻠﻚ - ﻘﺪﻴﺮ
4. Jika ada Ro’ mati
atau sukun karena waqof yang jatuh setelah harokat kasroh baik muttashil maupun
munfashil dan huruf mati berupa apa saja seperti lafadz :
ﻠﺬﻯﺤﺠﺮ - ﺍﻠﻨﺎﺱﺍﻠﺴﺤﺮ
- ﺘﺑﻠﻰﺍﻠﺴﺮﺍﺌﺮ
Semua contoh-contoh tersebut dibaca tarqiq (tipis)
C. Ro’ yang boleh dibaca dua wajah
1. Ro’ sukun karena
waqof dan jatuh sesudah harokat kasroh dan yang terpisah dengan huruf isti’la’
seperti :
ﻤﺼﺮ - ﻋﻴﻦﺍﻠﻘﻄﺮ
2. Ro’nya lafadz (ﻜﻞﻔﺮﻖ) dibaca tafkhim sebab ro’ sukun bertemu
dengan huruf isti’la’ (qof) dibaca kasroh.
D. Ringkasan atau Pengecualian
1. Ro’ sukun jatuh pada
harokat kasroh yang wajib dibaca tafkhim sebab menghadapi huruf isti’la’
didalam Al-qur’an hanya terdapat pada 5 tempat yaitu :
ﺍﻴﺔ
|
ﺴﻭﺮﺓ
|
ﺠﺰﺀ
|
ﻜﻠﻤﺔ
|
ﻨﻤﺮ
|
۷
|
ﺍﻻﻨﻌﺎﻢ
|
٧
|
ﻘﺮﻄﺎﺲ
|
١
|
۱۰۷
|
ﺍﻠﺘﻮﺒﺔ
|
١١
|
ﺇﺮﺼﺎﺪﺍ
|
٢
|
۱۲۲
|
ﺍﻠﺘﻮﺒﺔ
|
١١
|
ﻤﻦﻜﻞﻔﺮﻘﺔ
|
٣
|
۲۱
|
ﺍﻠﻨﺒﺎﺀ
|
٣٠
|
ﻤﺮﺼﺎﺪﺍ
|
٤
|
۱٤
|
ﺍﻠﻔﺠﺮ
|
٣٠
|
ﻠﺒﺎﻠﻤﺮﺼﺎﺪ
|
٥
|
2. Ro’ sukun yang jatuh
sesudah harokat kasroh yang wajib dibaca tafkhim sebab jatuh setelah hamzah
washol banyak sekali terdapat didalam Al-qur’an, contohnya adalah :
ﺍﻴﺔ
|
ﺴﻭﺮﺓ
|
ﺠﺰﺀ
|
ﻜﻠﻤﺔ
|
ﻨﻤﺮ
|
١٠٦
|
ﺍﻠﻤﺎﺌﺪﺓ
|
٧
|
ﺇﻦﺍﺮﺘﺒﺘﻢ
|
١
|
٢٤
|
ﺍﻻﺴﺮﺍﺀ
|
١٥
|
ﺮﺐﺍﺮﺤﻤﻬﻤﺎ
|
٢
|
٢٨
|
ﺍﻻﻨﺒﻴﺎﺀ
|
١٧
|
ﻠﻤﻦﺍﺮﺘﻀﻰ
|
٣
|
٧٧
|
ﺍﻠﺤﺞ
|
١٧
|
ﺇﺮﻜﻌﻮﺍﻮﺍﺴﺠﺪﻮﺍ
|
٤
|
٥٠
|
ﺍﻠﻨﻮﺮ
|
١٨
|
ﺍﻢﺍﺮﺘﺎﺒﻮﺍ
|
٥
|
٤٢⁄٤١
|
ﺺ
|
٢٣
|
ﻋﺫﺍﺐ۞ﺍﺮﻜﺾ
|
٦
|
BAB VII
MAKHORIJUL HURUF DAN
SIFAT-SIFATNYA
Sebelum kita pelajari dan kita bahas lebih luas mengenai makhroj dan
sifat-sifat dari huruf hijaiyyah, maka terlebih dahulu kita fahami tentang
huruf-huruf Al-qur’an yang mutawati serta bersumber dari Nabi, terutama bacaan
(Qiro’ah) yang mengikuti riwayat Hafsh dari Imam ‘Ashim al Kufi (yakni bacaan
yang berlaku di Negara kita ini).
A.
Huruf-Huruf Al-Qur’an
Huruf-huruf Al-qur’an itu apabila dipandang dari
segi bacaannya (qiro’ahnya) dalam qiro’ah mutawatiroh yang bersumber dari
Rasulullah SAW terdiri dari beberapa huruf. Huruf hijaiyyahnya ada 29 dan masih
ditambah lagi dengan cabang-cabangnya yang juga merupakan huruf fasih dan
dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ia juga memiliki ketentuan-ketentuan
makhrojnya dan sifat tersendiri.
Adapun huruf yang merupakan cabang dari hijaiyyah
ini dalam qiro’ah riwayat Hafsh dari Imam ‘Ashim Al-kufi sangatlah terbatas (yaitu
hanya terdapat beberapa tempat saja dalam Al-qur’an), antara lain :
a) Tashil artinya tebal
atau berat yaitu terdapat pada surat Fushilat ayat 44 juz 24 yang berbunyi : ﺍﺍﻋﺠﻤﻲﻮﻋﺮﺒﻲ
b) Imalah artinya
condong (antara harokat fathah dan kasroh), yaitu terdapat pada surat Hud ayat
41 juz 12 berbunyi sebagai berikut : ﻤﺠﺮﺍﺒﻬﺎ
c) Isymam artinya
memcampur atau mengumpulkan yaitu terdapat pada surat Yusuf ayat 11 juz 12 yang
berbunyi : ﻻﺘﺄﻤﻨﺎ
d) Bacaan lam taghlidh
yakni bacaan lam yang harus dibaca dengan tebal dan berat yaitu lam yang khusus
terdapat pada lam jalalah apabila jatuh setelah harokat fathah dan dhommah
contoh surat ﺍﻠﺒﻘﺮﺓ ayat 255 juz 3 berbunyi : ﺍﷲﻻﺍﻠﻪﺍﻻﻫﻮ
B. Huruf Hijaiyyah
Huruf hijaiyyah 29 apabila dilihat dari segi
bacaannya (qiro’ah) memiliki pengertian dan bagian yaitu Petama Asma’ul huruf dan Kedua
Musammayatul huruf. Adapun pengertian dari dua bagian tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Asma’ul Huruf
Asmu’ul huruf yaitu nama dari satu bersatunya
huruf hijaiyyah baik huruf hijaiyyah itu masih berdiri sendiri atau telah
dirangkaikan dengan huruf yang lain asal belum berharokat (baik harokat hidup
atau mati). Nama huruf ini terjadi adalah bersumber dari Rasulullah SAW
disebabkan adanya Lahjah lughoqiyah atau dialeh bahasa (logat) karena itu nama
huruf ini bisa juga disebut dengan lughotil huruf. Adapun nama-nama huruf
hijaiyyah itu terbagi atas tiga bagian yaitu :
1) Huruf-huruf hijaiyyah
yang memang hanya memiliki satu nama yaitu terdiri atas 16 huruf :
ﻋﻴﻦ - ﻀﺎﺪ - ﺼﺎﺪ - ﺸﻴﻦ - ﺴﻴﻦ - ﺬﺍﻞ - ﺪﺍﻞ - ﺠﻴﻢ
ﺍﻠﻑ - ﻮﺍﻮ - ﻧﻮﻦ - ﻤﻴﻢ - ﻻﻢ - ﻜﺎﻒ - ﻘﺎﻒ - ﻏﻴﻦ
2) Huruf-huruf hijaiyyah
yang memiliki empat nama yaitu terdiri atas satu huruf (zak) boleh dibaca :
ﺰﺍﻱ / ﺰﺍ / ﺰﺍﺀ /ﺰﺍﻱ
3) Huruf-huruf hijaiyyah
yang memiliki dua nama yaitu terdiri atas 12 huruf yang istilahnya menggunakan mad
dan qosor (panjang dan nama pendek).
a. Adapun 12 huruf
dengan nama yang panjang (mad) adalah sebagai berikut :
ﻄﺎﺀ - ﺮﺍﺀ - ﺨﺎﺀ - ﺜﺎﺀ - ﺤﺎﺀ - ﺘﺎﺀ - ﺒﺎﺀ - ﻫﻤﺰﺓ
ﻔﺎﺀ - ﻴﺎﺀ - ﻫﺎﺀ - ﻈﺎﺀ
b. Sedangkan 12
huruf yang dengan nama pendek (qors)
adalah huruf-huruf tersebut diatas dihilangkan hamzahnya dan untuk hamzah
dihilangkan taknya. 12 huruf tersebut adalah :
ﻔﺎ - ﻴﺎ - ﻫﺎ - ﻄﺎ - ﺮﺍ - ﺨﺎ - ﺤﺎ - ﺜﺎ - ﺘﺎ - ﺒﺎ - ﻫﻤﺰﺓ
Dari keterangan tersebut apabila kita memahami
maka tidak ada kemusykilan lagi untuk mengetahui huruf-huruf yang ada pada awal
surat seperti :
ﻜﻬﻴﻌﺺ - ﻄﻪ
Mengapa tidak boleh dibaca :
ﻜﺎﻫﺎﻴﺎﻋﺎﺼﺎ- ﻄﺀﻫﺎﺀ
Umpamanya ? sebab ini dibaca dengan asmaul huruf.
Adapun mengenai (ﻴﺎﺀ, ﻫﺎﺀ, ﻄﺎﺀ) ini memang mempunyai dua wajah atau dua lughot,
akan tetapi jika digunakan untuk membaca Al-qur’an wajahnya hanya satu yakni
yang qors saja, jadi tidak boleh dibaca (ﻴﺎﺀ, ﻫﺎﺀ, ﻄﺎﺀ) dan sebagainya.
Sebab membaca Al-qur’an itu terbatas mengikuti
ajaran Nabi Muhammad SAW (tauqify) dan ulama qurro’ tidak ada perbedaan
mengenai hal ini (semua membaca qors).
2.
Musammayatul Huruf
Musammayatul huruf adalah yang dinamai huruf yaitu
huruf-huruf hijaiyyah setelah menerima harokat dan telah dirangkaikan dengan
huruf yang lain. Al-qur’an yang 30 juz itu, semua harus dibaca dengan
musammayatul huruf kecuali yang terdapat pada pembukaan beberapa surat
(fawatihussuwar) harus dibaca asmaul huruf.
Sekarang umpamanya kita ditanya yang dinamakan
huruf jim (ﺝ) itu yang bagaimana ? kalau ditanyakan huruf mati
jawabannya dengan mendatangkan hamzah washol dimukanya seperti : ﺍﺝ - ﺍﺝ - ﺍﺝ
Jika ditanyakan huruf hidup maka harus menambah
huruf hak saktah dibelakangnya seperti : ﺠﻪ - ﺠﻪ - ﺠﻪ dan sebagainya.
Contoh dan jawaban ini baik sekali untuk melatih
lisan dalam mempelajari membaca huruf dengan fasih dan sempurna, contoh-contoh
latihan sebagaimana dibawah ini :
C. Makhorijul Huruf
Tempat-tempat keluarnya huruf hijaiyyah itu memang
banyak yang berpendapat, tetapi dari sekian banyak pendapat yang paling diikuti
oleh ulama qurro’ dan ahlul ada’ adalah pendapa Syekh Kholil bin Ahmad An
Nahwiy (guru Imam Sibawen) karena pendapat ini dianggap paling tanzih. Adapun
menurut beliau makhrajul huruf hijaiyyah itu ada 17 tempat dan bila diringkas
maka tinggal 15 tempat sebagaimana terdapat pada tabel dibawah ini :
MAKHARIJUL HURUF YANG LIMA
No
|
Nama – Nama
|
Tempat Makhraj
|
Jumlah Huruf
|
1
2
3
4
5
|
Al-Jaufu
(lubang mulut)
Al-Halqu
(kerongkongan)
Al-Lisaanu
(lidah)
Asy-Syafataini
Al-Khoisyum
(janur hidung)
|
1
3
10
2
1
|
1
6
18
4
-
|
|
Jumlah
|
17
|
29
|
Adapun mengenai huruf yang sam makhrojnya, nanti
akan dibedakan dengan sifatnya, penjelasan dari masing-masing makhrajul huruf
adalah sebagai berikut :
1. Al-Jaufu
Yang dimaksud dengan al-Jaufu adalah lubang mulut
dan kerongkongan hingga penghabisan udara, ini adalah tempat-tempat keluarnya
huruf Mad dan Layyin adapun huruf mad itu ada 3 yaitu :
1) Alif muthlaq contoh :
ﻤﺎﻻ - ﻏﻮﻯ
2) Wawu sukun jatuh
setelah harokat dhommah contoh : ﻘﻮﻠﻮﺍ
3) Yak sukun jatuh
setelah harakat kasroh contoh : ﺤﻤﻴﺪﻴﻦ
Adapun huruf layyin itu ada dua, yaitu : wawu dan
yak, keduanya sukun dan keduanya jatuh setelah harokat fathah, contoh : ﺍﻠﻴﻮﻡ - ﺍﻠﺨﻴﺮ
Huruf-huruf tersebut lazimnya disebut huruf
jaufiyyah artinya huruf-huruf sebangsa lubang mulut.
Keterangan :
1. Huruf mad yang asli
sebenarnya hanyalah satu yaitu Alif muthlaq, adapun Wawu dan Yak menjadi huruf
Mad atau Layyin hanyalah merupakan saudara saja dari alif muthlaq (sifatnya
hanya temporer) yaitu apabila syarat-syaratnya terpenuhi, yakni bila kedua
huruf itu mati/sukun, karena itu bila wawu dan yak tersebut berharokat hidup
(berdiri sendiri), maka bukan lagi dikatakan huruf mad dan makhrajnyapun
kembali pada asalnya masing-masing yaitu :
·
Wawu (ﻮ) keluar diantara dua bibir (atas dan bawah) serta lazimnya
disebut huruf syafawiyah artinya huruf-huruf sebangsa bibir.
·
Yak (ﻱ) keluar dari tengah-tengah lidah tepat, serta menepati dengan
langit-langit mulut atas dan lazimnya disebut huruf syajariyah artinya
huruf-huruf sebangsa tengah lidah (coba ucapkan kedua huruf tersebut dalam
keadaan mati dan hidup kemudian perhatikan dan rasakan makhrajnya.
2. Yang dimaksud kata
muthlaq pada Alif muthlaq adalah bahwa alif itu selamanya pasti sukun dan pasti
jatuh setelah harakot fathah, karena itu penulisan alif (dalam al-Qurán)
meskipun tidak ada tandanya sukun, ia sudah mati/sukun dengan sendirinya.
3. Bila ada huruf
ditulis bentuknya seperti alif, tetapi berharokat seperti ﺍﻠﺤﻤﺪﷲ ini bukan alif tetapi hamzah namanya:
4. Alif itu ada dua
macam :
·
Alif mamdudah (yang dipanjangkan) seperti :
ﻤﺎ ﻻ ﻄﺎﻘﺔ ﻠﻨﺎﺒﻪ
·
Alif layyinah (yang lunak) ada yang mengatakan
alif bengkok, seperti : ﻮﺍﻠﻨﺠﻢ ﺍﺪﺍﻫﻮ -
ﻯﻮﻤﺎﻏﻮﻯ
2.
Al-Halqu
Pada bagian kerongkongan ini ditempat 3 makhraj
dengan tiga pembagian yang istilahnya :
·
Aqsho “artinya bagian panggal
·
Adna “artinya bagian bawah/ujung
Dan nantinya dari kerongkongan ini mengeluarkan 6
huruf yang lazimnya disebut huruf halqiyyah artinya huruf-huruf sebangsa
kerongkongan :
v (ﻫ - ﺀ) keluar dari pangkal
kerongkongan yang mendekati dengan dada (dua huruf ini makhrajnya paling dalam)
v (ﺡ - ﻉ) keluar dari bawah-bawahnya
kerongkongan tepat
v (ﺥ - ﻍ) keluar dari
bawah-bawahnya/ujungnya kerongkongan dan yang lebih dekat dengan mulut.
3. Al-Lisaanu
Pada bagian lidah ini ditempat 10 makhraj dan
mengeluarkan 18 huruf, adapun pada bagian lidah ini di bagi atas 4 pembagian
yaitu istilahnya :
·
Aqsho :
bagian pangkal
·
Wasat :
bagian tengah
·
Hafah :
bagian tepi
·
Thorfun :
bagian ujung
10 makhraj dan 18 huruf pada bagian lidah ini adalah :
v Qof (ﻖ) : Keluar dari pangkal lidah
(pada anak-anak mulut) mengarah keatas, serta menepati dengan langit-langit
mulut atas.
v Kaf (ﻚ) : Keluar dari pangkal lidah
juga (setelah/bawahnya makhraj)nya qof mengarah kebawah serta menepati dengan
langit-langit mulut atas.
v Jim, Syin, Yak (ﺝ - ﺶ
- ﻱ) : Keluar dari
tengah-tengah lidah tepat, serta menepati dengan langit-langit mulut atas. Tiga
huruf ini lazimnya disebut huruf syajariyah artinya huruf-huruf sebangsa tengah
lidah.
v Dlod (ﺾ) : Keluarnya dari pangkat
tepi lidah (boleh dari lidah sebelah kanan/kiri) hingga sambung dengan
makhrojnya huruf Lam, serta menepati gerahan. Syeh Jazari berpendapat bahwa
tepi lidah sebelah kiri itu lebih mudah digunakan dan banyak yang
menggunakannya, sedang tepi lidah sebelah kanan agak berat dan sedikit yang
menggunakannya lebih-lebih menggunakan kedua tepi (kiri/kanan) secara bersamaan
sangatlah sulit dan sangat jarang yang menggunakannya. Huruf Dlod ini lazimnya
disebut huruf Janbiyah artinya huruf sebangsa tepi lidah.
v Lam (ﻝ) : Keluarnya dari tepi lidah (dari tepi lidah
sebelah kiri/kanan), hingga penghabisan ujung lidah serta menepati dengan
langit-langit mulut atas.
v Nun (ﻦ) : Keluar dari ujung lidah
(setelah makhrojnya lam lebih masuk sedikit kedasar lidah dari pada lam) serta
menepati dengan langit-langit mulut atas.
v Ro’ (ﺮ) : Keluar dari ujung lidah
tepat (setelah makhrojnya nun dan lebih masuk kedasar lidah dari pada nun)
serta menepati dengan langit-langit mulut atas.
Tiga huruf tersebut diatas (ﻝ ﻦ ﺮ) lazimnya disebut huruf
dzalqiyah artinya huruf-huruf sebangsa ujung lidah.
v Tho’, Tak, Dal (ﻂ ﺖ ﺪ) : keluar dari ujung lidah,
serta menepati dengan pangkal gigi dua yang atas.
v Shod, Sin, Zak (ﻈ ﺚ ﺬ) : keluar dari ujung lidah
serta menepati dengan ujung gigi dua yang bawah. Tiga huruf ini lazimnya
disebut huruf asaliyah artinya huruf-huruf sebangsa runcing lidah.
v Dho’, Tsa’, Dzal (ﺬ ﺚ ﻈ) : keluar dari ujung lidah,
serta menepati dengan ujung gigi dua yang atas. Tiga huruf ini lazimnya disebut
litsawiyah artinya huruf-huruf sebangsa gusi.
4.
Asy-Syafataini
Pada bagian bibir ini ditempati dua makhroj dan
mengeluarkan 4 huruf, yaitu :
-
Fa’ (ﻑ) : keluar dari dalamnya bibir yang bawah, serta menepati dengan
ujung gigi dua yang atas.
-
Wawu, Bak, Mim (ﻢ ﺐ ﻮ) : keluar diantara dua bibir (antara bibir atas dan
bawah), hanya saja untuk wawu bibir membuka, sedang untuk bak dan mim bibir membungkam.
Empat huruf tersebut diatas lazimnya disebut huruf
syafawiyah artinya huruf-huruf sebangsa bibir.
RINGKASAN MAKHORIJUL HURUF
AL-HIJA’I (17)
LIS SYEH KHOLIL BIN AHMAD
No
|
Tempat-Tempat Keluarny Huruf
(Al-Makhorij)
|
Hurufnya
|
Lazimnya
|
||
1
|
Keluar dari lubang mulut dan kerongkongan hingga penghabisannya
|
ﺃﺤﺮﻑﺍﻠﻤﺪ
ﻮﺍﻠﻠﻦ
|
ﺠﻮﻔﻴﺔ
|
||
2
|
Keluar dari pangkal kerongkongan (lebih dekat dengan dada)
|
ﻫ
|
ﺀ
|
|
ﺨﻠﻘﻴﺔ
|
3
|
Keluar dari tengah-tengah kerongkongan tepat
|
ﺡ
|
ﻉ
|
|
|
4
|
Keluar dari ujung kerongkongan (paling bawah) lebih dekat dengan mulut
|
ﺥ
|
ﻍ
|
|
|
5
|
Keluar dari
pangkal lidah (pada anak-anak mulut) dan menepati dengan langit-langit mulut
atas serta mengarah keatas
|
ﻖ
|
|
|
ﻠﻬﻮﻴﺔ
|
6
|
Keluar dari pangkal lidah (bawahnya qof mengarah kebawah) dan menepati
langit-langit mulut atas dan mengarah kebawah
|
ﻚ
|
|
|
ﻠﻬﻮﻴﺔ
|
7
|
Keluar dari tengah-tengah lidah serta menepati dengan langit-langit mulut
atas
|
ﻱ
|
ﺶ
|
ﺝ
|
ﺸﺠﺮﻴﺔ
|
8
|
Keluar dari tepi pangkal lidah (sebelah kanan/kiri) serta menepati dengan
gigi gerahan dan berjalan hingga sambung dengan makhrojnya lam
|
ﺾ
|
|
|
ﻠﻬﻮﻴﺔ
|
9
|
Keluar dari ujung tepi lidah (sebelah kanan/kiri) dan menepati dengan
langit-langit mulut atas
|
ﻞ
|
|
|
ﺬﻠﻘﻴﺔ
|
10
|
Keluar dari ujung lidah (lebih masuk kedasar lidah dari lam) dan menepati
dengan langit-langit mulut atas
|
ﺖ
|
|
|
|
11
|
Keluar dari ujung lidah (setelah nun lebih masuk kedasar lidah) dan
menepati dengan langit-langit mulut atas
|
ﺮ
|
|
|
|
12
|
Keluar dari ujung lidah serta menepati dengan ujung gigi dua yang diatas
|
ﺪ
|
ﻄ
|
ﻄ
|
ﻨﻄﻌﻴﺔ
|
13
|
Keluar dari ujung lidah serta menepati dengan ujung gigi dua yang bawah
|
ﺯ
|
ﺱ
|
ﺺ
|
ﺍﺴﻠﻴﺔ
|
14
|
Keluar dari ujung lidah serta menepati dengan ujung gigi dua yang atas
|
ﺯ
|
ﺚ
|
ﻈ
|
ﻠﺜﻮﻴﺔ
|
15
|
Keluar dari dalamnya bibir yang bawah serta menepati dengan ujung gigi
dua yang atas
|
ﻑ
|
|
|
ﺸﻔﻮﻴﺔ
|
16
|
Keluar diantara dua bibir (atas & bawah) untuk bak, mim membungkam,
wawu membuka
|
ﺐ
|
ﻢ
|
ﻮ
|
ﺸﻔﻮﻴﺔ
|
17
|
Keluar dari janur hidung (Al-Khoisyum)
|
ﺍﺤﺮﻑﺍﻠﻐﻨﺔ
|
ﺧﻴﺸﻮﻴﺔ
|
Keterangan :
Halqiyyah :
Huruf tenggorokan
Janbiyyah :
Huruf tepi lidah
Dzalqiyyah :
Huruf ujung lidah
Nath’iyyah :
Huruf kulit gusi atas
Asaliyyah :
Huruf runcing lidah
Lahawiyah :
Huruf atas telak lidah
Syajariyah :
Huruf tengah lidah
Jaufiyyah :
Huruf lobang hidung
Litsaniyyah :
Huruf gusi
Syafawiyah :
Huruf bibir
Khoisyum :
Huruf janur hidung
D. Sifat-Sifat Huruf
Setelah kita kaji makhorijul huruf ternyata kita
menjumpai satu makhroj tetapi sampai tiga huruf yang keluar dari padanya, untuk
membedakan huruf yang makhrajnya sama sedangkan suara atau bunyinya tidak sama
adalah dilihat dari sifat-sifatnya.
Adapun yang dimaksud dengan sifat-sifat huruf
adalah keadaan huruf yang sebenarnya. Ada juga yang memberi arti watak/karakter
huruf (antara huruf kuat, sedang dan lemah). Sifat-sifat huruf secara garis
besar dibagi menjadi dua bagian :
1. Sifat Lazimah
Yang dimaksud dengan sifat lazimah adalah sifat
bacaan yang tetap ada pada satu persatuannya huruf, baik huruf-huruf tersebut
masih berdiri sendiri atau telah dirangkaikan dengan huruf-huruf lain.
Sifat al-alzimah itu ada 19 macam yang akan dijelaskan dibawah ini :
a. Bahwa 19 sifat
al-lazimah itu hanya untuk menyifati 28 huruf hijaiyyah (selain alif),
alasannya alif itu huruf yang lemah ia tidak mampu berdiri sendiri (menerima
harokat), ia mampu berdiri bila mengikuti dengan huruf sebelumnya. Karena itu
sifatnya mengikuti huruf sebelumnya yakni apabila sebelumnya berupa huruf tebal
maka alif ikut tebal contoh : ﻂﺎ ,ﻘﺎ,
dan apabila sebelumnya berupa huruf tipis maka alif ikut menjadi tipis oleh
karena itu alif tidak perlu memiliki sifat al-lazimah.
b. Bahwa 19 sifat
al-lazimah itu tetap untuk mensifati 29 huruf hijaiyah (menetapkan alif)
alasannya alif itu memiliki makhroj maka ia berhak untuk memiliki sifat
al-lazimah.
19 sifat al-lazimah tersebut ada yang berlawanan
(antara sifat-sifat kuat lawan katanya sifat) yaitu berjumlah 10 sifat sedang
yang 9 sifat lainnya tidak berlawanan.
19 sifat al-lazimah tersebut secara keseluruhan
dibagi menjadi dua bagian :
1) Sifat qowiy : yaitu
bagian sifat-sifat kuat (huruf-huruf dibaca berat, nafas ditahan dan dibaca tebal)
yaitu ada 12 sifat.
2) Sifat dlo’if yaitu
sifat-sifat huruf yang lemah (huruf-hurufnya ringan, udara bebas keluar saat
mengucapkannya dan dibaca tipis) adapun sifat yang dlo’if ini ada 7,
sebagaimana terjadwal dibawah ini .
2.
Sifat Al-‘Aridloh
Yang dimaksud sifat al-aridloh adalah sifat bacaan yang baru timbul dan
terjadi dari sifat al-lazimah (pada huruf) setelah huruf-huruf itu dirangkaikan
dengan huruf-huruf lain, seperti tafkhimul mustaál, tarqiqul mustafil yakni
tebalnya huruf-huruf isti’la’ dan tipisnya huruf-huruf istifal dan juga tafkhim
dan tarqiqnya lam ro’ dan juga semua bacaan yang sudah tersusun sebab bertemu
dengan huruf yang lain, baik dalam bacaan ikhfa’, iqlab atau idghom (asal tidak
pada bacaan idhar)